Menulis fiksi adalah
kegiatan merekam angan menjadi sebuah cerita yang dicetak. Bentuk cetakan
tersebut bisa bermacam-macam, bisa dengan tulisan tangan atau menjadikannya
sebuah buku.
Setiap orang pasti mempunyai angan. Entah angan tersebut berupa
cita-cita di masa depan, kenangan masa lalu atau bahkan fiktif—bukan cita-cita,
bukan gambaran masa lalu tetapi sebuah pikiran kreatif. Pikiran kreatif
dibentuk pada diri orang dengan cara yang berbeda-beda. Apa yang dibaca orang
tersebut, pengalaman yang pernah dijalaninya, atau lingkungannya akan
menghasilkan pikiran kreatif yang berbeda.
Sampai pada tahap angan, banyak orang yang menganggap diri mereka penulis yang pasti
berhasil. Hanya karena kita mempunyai banyak angan tidak menjadikan kita
penulis besar, tetapi pabrik konsep. Lantas bagaimana menjadi penulis? Penulis
adalah orang yang mempunyai tulisan, bukan hanya sekedar angan. Sudahkan kita
mempunyai tulisan tersebut? Berikut ini adalah beberapa trik menulis cepat.
1. Segera
Dokumentasikan Angan Anda dan Segeralah Menulis
Diakui
atau tidak, manusia itu makhluk malas. Jarang ada orang yang melatih memori
mereka sehingga bisa mengingat banyak hal dalam jangka waktu panjang. Oleh
sebab itu, pada saat suatu angan timbul, rekamlah. Dokumentasikan. Jika sedang
membawa notes dan alat tulis maka tulislah, jika tidak, tetapi anda mempunyai
HP yang bisa merekam suara. Rekamlah angan anda tadi. Saat di rumah, segera
mulai menulis. Ingat! Segera!
Sebagai
contoh: Saat melewati sebuah SMA, saya melihat seorang gadis berpakaian biasa
(bukan berpakaian seragam) sedang berbicara dengan teman-temannya yang
berpakaian seragam. Timbul angan saya:
Siswi
yang tidak berseragam adalah siswa miskin yang sepulang sekolah harus bekerja
di tempat lain.
Setelah sampai di rumah. Saya membuat sebuah paragrap asal tulis
(tidak perlu dipikirkan matang-matang, langsung tulis apa yang tertera di benak
saya) dengan genre romansa, untuk remaja:
Siswi A adalah siswi miskin. Harus bekerja
sepulang sekolah. Pacarnya anak orang kaya. Sewaktu bekerja, dia bertemu dengan
pacar dan keluarganya yang sedang merayakan ulang tahun ayahnya. Sang Pacar
malu dan ingin memutuskan hubungan mereka. Disaat ujian, Sang Pacar tidak lulus
ujian. Disaat demikian, Siswi A membantunya untuk bangkit dari putus asanya.
Saat Sang Pacar minta balik, Siswi A tidak bisa karena sudah punya pacar lain.
Sang Pacar menyesal dan baru menyadari kebaikan Siswi A.
Anda telah melihat. Saya belum memberikan nama tokoh, bahkan
bahasa saya masih kacau. Tidak masalah! Yang penting saya sudah mendapat alur
ceritanya.
2. Berilah
Pupuk pada Dokumentasi Angan Anda
Untuk
membangkitkan imajinasi, saya memutar musik yang sesuai. Karena cerita saya
diatas adalah romansa dan berakhir pada penyesalan, maka musik yang saya putar
semacam: I
remember you-Skid Row, Tears-Japan X, Meditation From Thais atau Air On
G-JS Bach. Kita
juga bisa melengkapinya dengan melihat film cinta, puisi cinta, kutipan-kutipan
cinta atau semacamnya. Sering tahap ini membuat saya mempunyai plot-plot
kompleks.
Setiap
minggu saya menonton film. Kumpulan puisi favorit saya adalah gubahan Sapardi
Djoko Damono. Di dalam perjalanan ke kantor dan saat mengerjakan tugas kantor,
saya selalu mendengarkan musik. Seringkali tiba-tiba saya berhenti bekerja
karena mendapat inspirasi.
3. Pilih
Waktu Menulis
Tetapkan
pada jam berapa anda akan menulis. Kenapa ditetapkan? Bukankah menulis jam
berapa saja tidak ada bedanya? Seperti yang saya tulis diatas. Manusia makhluk
malas, jika kita tidak menetapkan waktunya, maka besar kemungkinan kita tidak
menulis. Target akan membuat kita ingat dengan apa yang ingin kita kerjakan.
Jika tidak ditetapkan, maka kita akan berpikira “nanti saja deh”, “masih ada
waktu setelah ini, kok”, “Capek, ah”, “Besok saja”. Menulis satu kalimat pun
jadi. Yang penting setiap jam yang telah kita tetapkan, kita menulis.
4. Pecahlah
Pekerjaan Besar Menjadi Pekerjaan Kecil
Kita
mungkin merasa menulis adalah pekerjaan besar. Jika demikian pecahlah menjadi
beberapa pekerjaan kecil. Saya memecah tulisan saya biasanya menjadi tiga
bagian utama: awal, konflik, akhir (tidak selalu sebuah penyelesaian, bisa juga
menggantung). Saya terbiasa membuat bagian konflik terlebih dahulu. Ini membuat
saya dapat menentukan bagian akhir dan mula. Anda bisa menulis pada bagian
manapun. Tidak perlu menulis dari awal sampai akhir.
Pengalaman
saya diatas tidak harus anda dengar dan lakukan. Jika anda mempunyai cara lain,
pakai saja itu. Saya hanya memberi sedikit contoh bagaimana alur yang saya
tempuh dari sebuah angan menjadi sebuah tulisan.